Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk kawat potongan yang disebut “fibre” atau metal fibre, sebagai tulangan beton.
Dalam
skala yang lebih kecil logam secara luas juga di pakai sebagai penguat,
misalnya bentuk paku, sekrup, baut, kawat, pelat, bantalan jembatan, atau
sebagai bahan lain bentuk lembaran (misalnya bentuk atap, atau lantai jembatan),
atau juga bentuk dekorasi.
Kelebihan
logam sebagai bahan konstuksi adalah memiliki sifat yang di suatu pihak lebih
baik karena ia : memiliki kuat tarik tinggi, dapat di rubah – rubah bentuknya,
mudah di sambung / di las. Sifat lainnya adalah : memiliki harga konduktivitas
listrik yang tinggi, konduktivitas panas tinggi dan dapat di haluskan sehingga
berkilau permukaanya. Kelemahan sebagian besar logam, khususnya baja, ialah
tidak tahan korosi karena kelembapan maupun oleh pengaruh udara sekeliling dan
terjadi perubahan bentuk bila terkena suhu/panas tinggi.
Di
dalam pemakaian, logam selain juga memiliki kuat tarik yang tinggi, tahan
tekanan atau korosi, kadang-kadang juga harus tahan terhadap beban kejut, suhu
rendah, gaya yang berubah-ubah atau kombinasi, dan beberapa keadaan yang lain. Pada
umumnya, logam dapat di bagi menjadi 2(dua) kelompok besar yaitu :logam besi
(ferrous metal) , dan logam bukan besi (non ferrous metal). Logam besi : suatu
logam yang elemen pembentuk utamanya adalah besi (fe). Misalnya : besi tuang,
besi tempa, baja. Logam bukan besi : logam yang elemen utamanya bukan besi . Misalnya
: alumunium, tembaga, timah putih, emas, dll.
6.1. PRODUKSI
LOGAM
Secara umum menurut cara yang di lakukan pada waktu ini , ada 4 (empat)
tahap pengerjaan untuk menghasilkan sebagian besar jenis logam yaitu :
·
penggalian bijih logam
·
penyiapan bijih, untuk diambil logam dari bijih.
·
Ektraksi atau mengeluarkan / memisahkan logam dari bijih.
·
Pemurnian dan pengolahan logam.
a. Pada penggalian bijih, umumnya ada dua cara yaitu: Penambangan
terbuka dan Penambangan tertutup / penambangan di bawah permukaan tanah.
b. Pada proses penyiapan bijih besi/logam, bijih
dihancurkan, sebagian kotoran yang terdapat pada bijih dibuang dengan
menggunakan cara pemisahan memakai alat-alat berat . Penyiapan bijih juga
mencakup proses pembakaran atau kalsinasi, misalnya pada bijih yang mengandung
senyawa sulfide, pembakaran untuk menghilangkan belerang dari bijih besi yang
mengandung senyawa karbonat.
c. Pemisahan dilakukan dengan ekstraksi, yaitu dengan
melalui proses proses kimia sehingga diperoleh logamnya. Proses ekstraksi ada 2
macam, yaitu :
1.
Proses Pirometalurgy. Bijih dipanaskan di dalam tungku tiup (blast
furnace) atau tungku gema sehingga meleleh, kemudian dilakukan pemisahan untuk
mendapatkan logam dari lelehan tersebut.
2.
Proses Elektrometalurgy. Bijih dipisahkan logamnya dengan cara
meleburnya di dalam tungku listrik atau dengan proses elektrolistrik.
d. Pemurnian dan pengolahan logam. Logam hasil
ekstraksi umumnya masih mengandung benda atau elemen lain, sehingga perlu
dilakukan pemisahan lebih lanjut. Proses pemurnian dan pengolahan dilakukan
dengan cara oksidasi dengan proses panas dalam tungku, pencairan, destilasi
(seng), elektrolisa (tembaga) atau dengan memakai bahan pengikat kimia (
menambah Mn ke dalam baja cair).
Proses
Pembuatan Baja
·
Baja merupakan paduan antara besi dengan elemen lain sehingga
dicapai sifat-sifat yang diinginkan. Yang dimaksud dengan paduan adalah larutan
padat yang homogen antara besi dengan elemen-elemen lain yang dibutuhkan.
·
Baja dapat diolah dan dibentuk secara mekanis menjadi pelat,
pipa, batangan, profil, dll.
·
Proses pembuatan baja dapat dilakukan dengan cara :
a.
Proses Bessemer
b.
Proses Thomas
c.
Proses Martin.
·
Perbandingan/perbedaan antara proses Martin dan Bessemer adalah :
a.
Proses Bessemer:
·
Harus diambil dari besi kasar yang lebih murni, terutama yang
tidak terlalu tinggi fosfornya.
·
Baja yang dihasilkan mengandung Kadar fosfor rendah.
·
Baja mengandung sedikit oksigen.
·
Tidak ada proses tiupan tambahan.
b.
Proses Thomas
Keuntungan :
-
Besi kasar yang kurang bersih dapat dikerjakan.
-
Fosfor dapat dihilangkan, tapi bila ada hanya sebagian fosfor yang dalam
prakteknya tidak menimbulkan gangguan.
-
Menghasilkan produk tambahan berupa pupuk.
-
Prosesnya lebih mudah dibandingkan dengan proses Bessemer.
Kerugian :
-
Baja mengandung lebih banyak oksigen
-
Besi yang hilang lebih banyak dibandingkan proses Bessemer ( 11 – 13 %
).
6.2. LOGAM
PADUAN
Baja
merupakan besi dengan kadar karbon kurang dari 2 %. Baja dapat dibentuk menjadi
berbagai macam bentuk sesuai dengan keperluan. Secara garis besar ada 2 jenis
baja, yaitu :
- Baja karbon
- Baja Paduan
a.
Baja Karbon
Baja karbon disebut juga plain karbon steel, mengandung terutama unsure
karbon dan sedikit silicon, belerang dan pospor. Berdasarkan kandungan
karbonnya, baja karbon dibagi menjadi :
-
baja dengan kadar karbon rendah ( < 0,2 % C)
-
Baja dengan kadar karbon sedang ( 0,1%-0,5 % C)
-
Baja dengan kadar karbon tinggi ( >0,5 % C)
Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan mempengaruhi kuat tarik,
kekerasan dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar karbonnya, maka kuat tarik
dan kekerasan baja semakin meningkat tetapi keuletannya cenderung turun.
Penggunaan baja di bidang teknik sipil pada umumnya berupa baja
konstruksi atau baja profil, baja tulangan untuk beton dengan kadar karbon
0,10% - 0,50 %. Selain itu baja karbon juga digunakan untuk baja/kawat pra
tekan dengan kadar karbon s/d 0,90 %. Pada bidang teknik sipil sifat yang
paling penting adalah kuat tarik dari baja itu sendiri.
b. Baja
Paduan
Baja dikatakan di padu jika komposisi unsur-unsur paduannya secara khusus
, bukan baja karbon biasa yang terdiri dari unsure silisium dan mangan. Baja
paduan semakin banyak di gunakan.Unsur yang paling banyak di gunakan untuk baja
paduan , yaitu : Cr, Mn, Si, Ni, W, Mo, Ti, Al, Cu, Nb, Zr.
6.3.
KLASIFIKASI BAJA
Baja paduan dapat di klasifikasikan sesuai dengan :
·
Komposisi
·
Struktur
·
Penggunaan
Komposisi
Berdasarkan komposisi baja paduan di bagi menjadi :
·
Baja tiga komponen : terdiri satu unsure pemandu dalam penambahan
Fe dan C.
·
Baja empat komponen : terdiri dari dua unsure pemandu dst.
Struktur
Baja di klasifikasikan berdasarkan :
·
Baja pearlit
·
Baja martensit
·
Baja austensit
·
Baja ferrit
·
Baja karbit / ledeburit
Baja pearlit (sorbit dan trostit), di dapat jika unsur-unsur paduan
relative kecil maximum 5 %, baja ini mampu di mesin, sifat mekaniknya meningkat
oleh heat treatmen (hardening &tempering)
Baja martensit, unsure pemandunya lebih dari 5 % sangat keras dan sukar
di mesin. Baja autensit, terdiri dari 10 – 30 % unsure pemadu tertentu (Mi, Mn,
atau Co) misalnya : baja tahan karat (stainlees steel), non magnetic dan baja
tahan panas (heat resistant steel). Baja ferrit, terdiri dari sejumlah besar
unsure pemadu (Cr, W atau Si) tetapi karbonnya rendah. Tidak dapat di keraskan.
Baja karbit (ledeburit), terdiri sejumlah karbon dan unsure- unsur pembentuk
karbit (Cr, W, Mn, Ti, Zr)
Penggunaan
Berdasarkan penggunaan dan sifat-sifatnya, baja paduan diklasifikasikan :
·
Baja konstruksi (structural steel)
·
Baja perkakas (tool steel)
·
Baja dengan sifat fisik khusus
Baja konstruksi, di bedakan lagi menjadi yiga golongan tergantung
persentase unsure pemadunya, yaitu :
§
Baja paduan rendah (maximum 2 %)
§
Baja paduan menengah (2 – 5 %)
§
Baja paduan tinggi ( lebih dari 5 %)
Setelah di heat treatmen baja jenis ini sifat – sifat mekaniknya lebih
baik dari baja karbon biasa. Baja perkakas, di pakai untuk alat pemotong,
komposisinya tergantung bahan dan tebal benda yang di potong / di sayat pada
kecepatan potong, suhu kerja. Baja paduan rendah, kekerasannya tidak berubah
hingga pada suhu 250 c. Baja paduan tinggi, kekerasannya tidak berubah hingga
pada suhu 600 c. Baja dengan sifat – sifat fisik khusus, dapat di bedakan
sebagai berikut :
·
Baja tahan karat : 0,1 – 0,45 % C ; 12 – 14 % Cr.
·
Baja tahan panas :12 – 14 % Cr tahan hinggga suhu 750 – 800 c
15 – 17 % Cr tahan hingga suhu 850 – 1000 c
·
Baja tahan pakai pada suhu tinggi .
23 % Cr, 18 – 21 % Ni, 2 – 3 % Si
13 % - 15 % Cr, 13 – 15 % Ni
2 % - 5 % W, 0,25 – 0,4 % Mo, 0,4 – 0,5 % C
6.4.
SIFAT-SIFAT FISIK DAN MEKANIS BAJA
Sifat
baja pada umumnya terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanis. Sifat fisik
meliputi : berat, berat jenis, daya hantar panas dan konduktivitas listrik.
Baja dapat berubah sifatnya karena adanya pengaruh beban dan panas.
Sifat
mekanis
Sifat
mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut memberikan perlawanan
apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Atau dapat dikatakan sifat mekanis
adalah kekuatan bahan didalam memikul beban yang berasal dari luar. Sifat
mekanis pada baja meliputi :
a.
Kekuatan. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja
diberi beban, maka baja akan cenderung mengalami deformasi/perubahan bentuk.
Perubahan bentuk ini akan menimbulkan regangan/strain, yaitu sebesar terjadinya
deformasi tiap satuan panjangnya ().
Akibat regangan tersebut, didalam baja terjadi tegangan/stress sebesar, ,
dimana P = beban yang membebani baja, A = luas penampang baja. Pada waktu baja
diberi beban, maka terjadi regangan. Pada waktu terjadi regangan awal, dimana
baja belum sampai berubah bentuknya dan bila beban yang menyababkan regangan
tadi dilepas, maka baja akan kembali ke bentuk semula. Regangan ini disebut
dengan regangan elastis karena sifat bahan masih elastis. Perbandingan antara
tegangan dengan regangan dalam keadaan elastis disebut dengan “Modulus
Elastisitas/Modulus Young” ().
Ada 3 jenis tegangan yang terjadi pada baja, yaitu :
-
tegangan , dimana baja masih dalam keadaan elastis
-
tegangan leleh, dimana baja mulai rusak/leleh
-
tegangan plastis, tegangan maksimum baja, dimana baja mencapai kekuatan
maksimum.
b.
Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum
baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan besarnya regangan/strain yang
permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat dapat
dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji tarik.
c.
Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat
menembus permukaan baja. Cara ujinya dengan kekerasan Brinell, Rockwell,
ultrasonic, dll
d.
Ketangguhan (toughness), adalah hubungan antara jumlah energi
yang dapat diserap oleh baja sampai baja tersebut putus. Semakin kecil energi
yang diserap oleh baja, maka baja tersebut makin rapuh dan makin kecil
ketangguhannya. Cara ujinya dengan cara memeberi pukulan mendadak (impact/pukul
takik).
RANGKUMAN :
·
Kelebihan logam sebagai bahan konstuksi adalah memiliki kuat
tarik tinggi, dapat di rubah – rubah bentuknya, mudah di sambung / di las.
·
Empat tahap pengerjaan untuk menghasilkan logam yaitu : penggalian
bijih logam, penyiapan bijih, untuk diambil logam dari bijih, Ektraksi atau
mengeluarkan / memisahkan logam dari bijih, Pemurnian dan pengolahan logam.
·
Kadar karbon yang terdapat di dalam baja akan
mempengaruhi kuat tarik, kekerasan dan keuletan baja. Semakin tinggi kadar
karbonnya, maka kuat tarik dan kekerasan baja semakin meningkat tetapi
keuletannya cenderung turun. Penggunaan baja di bidang teknik sipil pada
umumnya berupa baja konstruksi atau baja profil, baja tulangan untuk beton
dengan kadar karbon 0,10% - 0,50 %. Selain itu baja karbon juga digunakan untuk
baja/kawat pra tekan dengan kadar karbon s/d 0,90 %.
·
Sifat fisik baja meliputi : berat, berat jenis,
daya hantar panas dan konduktivitas listrik.
·
Sifat mekanis pada baja meliputi : Kekuatan,
Keuletan (ductility), Kekerasan, Ketangguhan (toughness).
0 komentar:
Post a Comment