Selamat datang di Area-Teknik Sipil. didalam website ini tersedia konten konten yang berhubungan dengan dunia Konstruksi, Teknik sipil dan Arsitek.

Perkerasan Lentur dan Bahan Konstruksinya




Terdapat 6 tujuan dasar dari aplikasi perkerasan lentur :

1.Mendukung Beban Lalu Lintas
         Secara umum, suatu jalan harus mampu mendukung beban lalu lintas tanpa adanya perubahan bentuk pada permukaan, lapis pondasi atas dan bawah. Hal ini sering disebut sebagai stabilitas, kadang-kadang disebut kekuatan mekanik. Stabilitas ini tidak hanya mencakup ketahanan langsung terhadap  beban roda seberapa kg/cm2 tekanan roda,  tetapi juga ketahanan terhadap kerusakan internal dan pergerakan butiran oleh aksi peremasan oleh lalu lintas.


Selama musim kemarau, jalan tanah mempunyai stabilitas yang baik untuk lalu lintas ringan. Akan tetapi, peremasan oleh lalu lintas yang agak tinggi   menyebabkan kerusakan internal terhadap butiran tanah sampai kubangan debu yang cukup dalam terbentuk dalam waktu singkat.

Suatu lapisan berbutir akan meningkatkan stablilitas jalan dan akan dapat mendukung lalu lintas yang lebih berat. Hal ini dapat digambarkan bahwa penyebaran beban lalu lintas melalui suatu lapisan berbutir akan memberikan distribusi pembebanan yang melebar sehingga lapisan tanah dasar dapat memberikan daya dukung yang lebih besar. Akan tetapi, peremasan oleh lalu lintas akan menghasilkan penggesekan antar butiran dalam lapisan berbutir. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan internal butiran dan perubahan bentuk yang cepat atau timbulnya alur (rutting). Tebal lapisan berbutir, bentuk dan gradasi butiran adalah faktor penting dalam menentukan tingkat kestabilan. Dalam pembahasan ini, diasumsikan  bahwa kekuatan mekanik yang cukup akan mampu mendukung beban lalu lintas.

2.Melindungi Tanah Dasar dari Air
        Kelebihan air dalam material konstruksi jalan akan menyebabkan pelumasan butiran sehingga menghilangkan stabilitas alami. Pengendalian air permukaan dan air bawah permukaan harus diperhatikan dalam perencanaan suatu jalan. Hujan dan rembesan bawah permukaan pada jalan tanah akan mengakibat-kan tanah menjadi lumpur dengan cepat.

Lapisan berbutir akan menyediakan semacam perlindungan terhadap aliran permukaan. Kelebihan air tidak akan menurunkan kekuatan mekanik lapisan berbutir tersebut, tetapi  akan sangat mempengaruhi daya dukung tanah, sehingga jika kondisi dalam basah lapisan berbutir yang lebih tebal harus disediakan untuk memperkecil beban pada tanah dasar.



3.Memperkecil Kemungkinan Pelepasan butir pada Permukaan
         Lintasan kendaraan akan menyebabkan keausan yang bervariasi pada permukaan jalan. Keausan ini bervariasi mulai dari abrasi langsung pada permukaan yang keras, sampai pada pelepasan butiran debu, and pelepasan butiran yang lebih besar. 

Jalan tanah dalam kondisi kering dapat mendukung beban lalu lintas, tetapi kondisi ini meniadakan daya ikat antar butiran dan lalu lintas akan membawa butiran debu ini. 

Pelepasan butir pada jalan dengan material berbutir oleh lalu lintas menjadi masalah serius. Material berbutir mudah terangkat oleh roda dan terbuang ke luar jalan. Dengan demikian, kehilangan biaya yang besar akan terjadi, juga munculnya bahaya dan gangguan pada pengemudi.

Bitumen yang cukup pada lapis permukaan dapat mengikat butiran sede-mikian hingga lapis permukaan dapat tahan terhadap aksi pelepasan butir oleh lalu lintas, juga tahan terhadap aksi pengausan.

4.Memberikan Texture Permukaan yang Memadai 
         Texture permukaan harus aman untuk kendaraan pada umumnya dan harus cukup mulus untuk kenyamanan maupun umur roda. Jalan tanah tidak pernah memberikan texture permukaan yang memadai pada setiap saat. 

Permukaan jalan menjadi licin jika basah dan kelebihan air akan segera membentuk alur dan lubang yang membahayakan dan merusak kendaraan. Permukaan jalan dengan material berbutir umumnya belum dapat memberikan texture yang baik. Pelepasan material dapat menyebabkan tergelincir pada kecepatan tinggi. Permukaan yang mulus sulit untuk dipertahankan, dan lubang, alur dan ketidakrataan berkembang selama periode waktu tertentu.

5. Lentur Terhadap Lapisan Tanah Dasar

        Jalan tanah umumnya menyesuaikan kelenturan terhadap lendutan tanah dasar karena semua material jalan adalah sejenis. Adlaha hal yang mudah untuk mempertahankan kemulusan permukaan dengan pisau grader pada cuaca yang cocok.

Permukaan berbutir dapat menyesuaikan kelenturan terhadap lendutan tanah dasar. Permukaan agaknya dapat dibentuk kembali ke bentuk semula.

Permukaan beraspal adalah relatif lentur dan akan menyesuaikan kelenturan terhadap berbagai pondasi. Permukaannya tidak mudah dibentuk kembali seperti halnya jalan tanah atau jalan dengan material berbutir tetapi jalan beraspal dapat ditambal atau dilapis ulang agar kembali ke bentuk semula.

6. Tahan Terhadap Cuaca 
          Matahari, hujan, angin, panas, dan dingin adalah faktor yang berpengaruh terus menerus pada permukaan. Beberapa material atau kombinasinya akan tahan terhadap daya rusaknya dibandingkan dengan material lainnya dan tentu akan memperpanjang umur permukaan.

Air dan angin pada jalan tanah adalah perusak terbesar dibandingkan pengaruh cuaca lainnya.

Pengaruh cuaca pada jalan dengan material berbutir sangat kecil. Pengaruh lalu lintaslah yang terbesar sehingga pemeliharaan dengan frekwensi tinggi dan penambahan material baru diperlukan.
Matahari, angin dan variasi temperatur akan berpengaruh pada material ber-aspal dan pengaruh ini harus dipertimbangkan. Material beraspal dapat mempertahankan daktilitas dan ikatan antar material sehingga dapat memberikan umur yang permukaan yang lebih panjang. 





Berbagai jenis Lapis Aus adalah sebagai berikut :
1.   Lapis Aus (Wearing Course) :
SMA; BMA; HSMA-WC; AC-WC konventional; AC-WC Superpave; AC-WC Modofied; HRS-WC; DGEM; Microasbuton A, Lasbutag, Penetrasi Macadam, Burtu, Burda; dsb.
2.   Lapis Pengikat (Binder Course)
HSMA-BC; AC-BC konvensional; AC-BC Superpave; AC-BC Modified; HRS-Base; OGEM; Microasbuton B; dsb


Berbagai jenis Lapis Pondasi Atas adalah sebagai berikut :
1.   Tanpa Pengikat :
Lapis Pondasi Agregat Kelas A; Dry Bound Macadam
2.   Dengan Pengikat :
a.   Pengikat Air :
Water Bound Macadam
b.   Pengikat Semen :
PCC (Portland Cement Concrete); CTB; Soil Cement Base
c.   Pengikat Aspal :
ATB Konvensional; AC-Base: dsb

Berbagai jenis Lapis Pondasi Bawah adalah sebagai berikut :
1.   Tanpa Pengikat :
Lapis Pondasi Agregat Kelas B
2.   Dengan Pengikat :
a.   Pengikat Aspal :
ATSB Konvensional; CTSB: dsb


Parameter yang paling sering digunakan untuk perkerasan lentur adalah California Bearing Ratio disingkat CBR karena metode CBR merupakan cara perhitungan perkerasan yang paling awal digunakan.
CBR adalah perbandingan beban untuk penetrasi piston seluas 3 inch persegi sedalam 0,1 inch terhadap beban 3000 lbs, atau 0,2 inch terhadap beban 4500 lbs.
Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch. Jika yang 0,2 inch memberikan CBR yang lebih besar dari yang 0,1 inch maka pengujian harus diulang. Jika pengujian ulang memberikan hasil yang masih tetap sama, maka diambil CBR dengan penetrasi 0,2 inch.





Secara umum, CBR yang ekonomis untuk tanah dasar adalah sama dengan atau diatas 6. Bilamana CBR tanah dasar agak kecil maka tanah dasar tersebut harus ditingkatkan dengan cara yang ekonomis yaitu pemasangan capping layer  yang terdiri dari “Timbunan Pilihan“ (CBR > 10) :
1.   Jika CBR antara 3 sampai 5 maka digunakan capping layer sekitar 20 cm
2.   Jika CBR dibawah 3 maka digunakan capping layer sekitar 35 cm
Pemasangan capping layer ini dimaksudkan untuk memperoleh CBR gabungan antar capping layer dengan CBR tanah di bawahnya yang mendekati 6.


Perlu digarisbawahi bahwa :
     Tebal komponen perkerasan boleh disubstitusi hanya dengan material yang lebih tinggi mutunya bukan sebaliknya. Jika dieqivalentkan dengan bahan yang lebih rendah maka akan terjadi Fatique Cracking terlebih dahulu sebelum terjadinya rutting. Hal ini sering dilakukan di proyek tanpa disadari. Bandingkan dengan Under Reinforced pada Beton Bertulang.

Jika mutu material tidak memenuhi syarat maka :
1.   Campuran Aspal :
a.   Stabilitas rendah, maka corrugation (keriting) atau shoving (sungkur) akan terjadi.
b.   Marshall Quotient tinggi, campuran mudah retak karena agak kaku.
c.   Rongga udara tinggi, mudah teroksidasi sehingga mudah getas.
d.   Rongga udara kecil, bleeding (kegemukan).
e.   Kelekatan batuan terhadap aspal kurang, kekuatan rendah.
2.   Lapis Pondasi Agregat :
a.   CBR rendah, lapisan beraspal diatasnya cepat retak maka umur berkurang
b.   Abrasi agregat tinggi atau pipih, agregat mudah pecah maka interlocking hilang sehingga kekuatan menurun.


Jika mutu pelaksanaan tidak memenuhi syarat maka :
1.   Campuran Aspal :
a.   Suhu campuran > 165°C , terjadi perubahan sifat-sifat kimia aspal sehingga cepat getas.
b.   Pemadatan kurang, kepadatan yang diperoleh kurang maka stabilitas kurang dan rongga udara besar sehingga kekuatan menurun dan cepat getas.
2.   Lapis Pondasi Agregat :
a.   Pemadatan kurang, kepadatan yang diperoleh kurang maka CBR akan turun drastis (tidak linear) sehingga daya dukung menurun drastis yang mengakibatkan lapisan berasapal diatasnya mudah retak.

                    Perkerasan Kaku dan Bahan Konstruksinya

Sumber : Nuzul Barkah Prihutomo, ST., MT.
Baca Juga
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Artikel Terbaru